Sabtu, 22 Desember 2012

Krisis


  1. Pengertian
Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respons kopingnya tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis (Ann Isaacs, 2004).
Literatur lain menyebutkan bahwa krisis adalah suatu kondisi atau periode dimana terjadi ketidakstabilan emosi seseorang yang menunjukkan adanya gangguan pada kejiwaan seseorang (Shives, 2008).
Dalam buku yang sama, Shives menjelaskan bahwa hampir kebanyakan orang dapat eksis pada keadaan yang seimbang, termasuk berada pada situasi krisis. Itulah mengapa, kehidupan sehari-hari mereka terdiri dari beberapa derajat keharmonisan pada fikiran, harapan, perasaan, dan kejiwaan mereka. Eksistensi ini umumnya akan tetap utuh kecuali jika terjadi gangguan yang serius atau kakacauan dari aspek biologis, psikologis, spiritual ataupun kesatuan sosial.


  1. Paradigma
Bermacam-macam faktor dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengatasi krisis. Aguilera (1997) menjelaskan sebuah paradigma faktor-faktor keseimbangan yang menentukan dalam mengatasi masalah krisis. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kembalinya seorang individu pada keadaan yang seimbang, diantaranya adalah :
    1. Realistic Perception
Realistic perception terjadi ketika seseorang mampu untuk membedakan hubungan antara suatu peristiwa dan perasaan terhadap adanya stress. Sebagai contoh, seorang pengusaha batik yang berusia 45 tahun menyadari fakta bahwa perusahaannya berada diambang kebangkrutan karena perubahan zaman dan minat banyak orang terhadap batik semakin berkurang. Walaupun dia menyadari kegentingan terhadap situasi ini dan merasakan stress, dia tidak menyalahkan dirinya sendiri dan melihat ini sebagai suatu kegagalan. Persepsinya terhadap peristiwa nyata menunjukkan reaksinya terhadap situasi tersebut.

    1. Situational Supports
Situational supports mengarah kepada sumber yang tersedia pada lingkungan pribadi. Mengacu pada contoh diatas, dalam situasi yang gawat kemungkinan akan ada usaha dari pengusaha batik tersebut untuk meningkatkan kualitas, design, corak, warna, dan sebagainya dengan meminta bantuan dari norang-orang yang lebih mengerti tentang mode yang sesuai dengan kebutuhan zaman, misalnya para desainer, penjahit, ataupun orang-orang terdekat misalnya anak, keluarga, atau teman. Orang-orang yang berada disekitar lingkungan pengusaha tersebut dapat dipertimbangkan untuk menjadi pendukung situasional karena mereka dapat memberikan gambaran terhadap nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik. Dukungan dari orang-orang ini mungkin dapat mencegah suatu keadaan ketidakseimbangan dan krisis dari peristiwa yang terjadi. Ketika emosional dan sistem pendukung dari lingkungan seperti keluarga atau teman tidak siap untuk membantu, orang tersebut akan memutuskan bahwa peristiwa tersebut sebagai suatu peristiwa yang penuh resiko, hal yang demikian akan meningkatkan emosinya atau membuatnya lebih mudah mengarah ke situasi krisis.

    1. Defense Mechanisms
Mekanisme pertahanan atau koping adalah kumpulan metode yang biasa digunakan oleh seseorang ketika berhubungan dengan kecemasan atau stress, untuk mengurangi ketegangan pada situasi yang sulit.
Mekanisme pertahanan umum yang biasa digunakan selama krisis mencakup penyangkalan, rasionalisasi, identifikasi, regresi atau tekanan. Respon-respon tingkah lakunya seperti :
a. Penolakan untuk menghadapi realitas.
b. Intelektualisasi tentang mengapa situasi ini terjadi?
c. Kekhawatiran yang terus meningkat mengenai bagaimana untuk menyelesaikan permasalahan krisis ini?
d. Kesedihan terhadap perasaan kehilangan.
e. Menarik diri atau pergolakan yang mungkin ditunjukkan korban selama berada pada situasi krisis.

Mekanisme koping digunakan selama perkembangan tingkat awal dan jika ditemukan keefektifan dalam mempertahankan kestabilan emosional maka akan menjadi suatu bagian dari gaya hidup seseorang dalam mengatasi stress harian. Orang yang telah menghadapi pembentukan koping ini dan mencapai suatu level kematangan kepribadian biasanya dapat beradaptasi lebih sigap terhadap krisis. Mengingat contoh dari seorang pengusaha batik diatas, dia mungkin dapat mengatasinya dengan melupakan masalahnnya dengan bekerja, mengadakan pertemuan penting dengan memanggil para pengurus dan orang-orang yang dapat membantunya dan berdiskusi dengan mereka mengenai situasi yang terjadi, atau menarik diri dari situasi tersebut.


  1. Jenis Krisis
Pada umumnya krisis terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Situational Crises
Situasional crises adalah krisis yang terjadi sebagai respons terhadap kejadian yang tiba-tiba dan tidak terduga dalam kehidupan seseorang. Kejadian tersebut biasanya berkaitan dengan pengalaman kehilangan. Krisis situasional dapat terjadi pada individu maupun masyarakat. Krisis situasional mengacu kepada peristiwa yang dapat menyebabkan stress yang luar biasa seperti tsunami, bom bali, atau agresi militer ke Palestina, ini merupakan contoh Krisis situasional masyarakat. Sedangkan contoh untuk krisis situasional individu seperti : kehilangan orang yang dicintai karena kematian, penyakit medis atau kejiwaan, status sosioekonomi yang sulit, kekerasan terhadap anak atau mengabaikannya.
2. Maturational Crises
Maturational Crises adalah krisis yang terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan. Di sisi lain, ini adalah suatu pengalaman seperti masa pubertas, remaja, dewasa awal, menikah, ataupun proses menjadi tua dimana satu dari gaya hidup seseorang secara berkesinambungan akan berubah. Ini adalah proses yang normal dari pertumbuhan dan perkembangan yang berkembang ke periode yang lebih luas dan memerlukan seseorang untuk membuat beberapa bentuk perubahan. Contoh lain dari krisis perkembangan adalah menyendiri atau mengucilkan diri sendiri, dimana seseorang menghadapi kehilangan kelompok bermainnya sama halnya dengan kehilangan status identitas.
Menurut Ann Isaacs (2004), krisis terbagi atas 3 jenis yaitu krisis situasionalkrisis maturasional, dan krisis adventisius. Mengenai krisis situasional dan maturasional penjelasannya kurang lebih sama dengan yang telah dijelaskan diatas. Krisis Adventisius, adalah krisis yang terjadi sebagai respons terhadap trauma berat atau bencana alam. Krisis ini dapat memengaruhi individu, masyarakat, bahkan negara. Krisis ini pada dasarnya sama dengan jenis krisis situasional.


  1. Karakteristik Krisis
Krisis biasanya terjadi secara tiba-tiba, ketika seseorang, keluarga, atau kelompok menglami ketidakadekuatan dalam persiapan untuk mengatasi suatu peristiwa atau situasi, tentunya yang sangat luar biasa. Metode pertahanan normal mengalami kegagalan, tekanan meningkat, dan perasaan cemas, ketakutan, kesalahan, kemarahan, rasa malu, rasa tidak berdaya akan mungkin terjadi. Kebanyakan krisis, kecuali akibat dari gangguan alami atau ulah seseorang biasanya terjadi dalam waktu yang singkat, selama 24 atau 36 jam. Krisis yang luar biasa parahnya terjadi lebih lama dari 4 sampai 6 minggu, mengingat periode pemulihan dari suatu gangguan membutuhkan waktu mungkin hingga beberapa tahun. Situasi krisis dapat disebabkan karena meningkatnya kondisi kejiwaan yang mudah terganggu, akibat dari kemungkinan adanya bahaya, self-destruction, atau perilaku sosial yang tidak bisa diterima, hal ini dapat menambah kesempatan pada pertumbuhan seseorang.


  1. Fase-fase Krisis
Pada umumnya terdapat 5 fase krisis, diantaranya adalah :
1. Fase Pra Krisis
Fase pra krisis adalah suatu keadaan keseimbangan yang umum dimana seseorang mampu untuk melindungi dirinya dari stress setiap hari.

2. Fase Impact (Pengaruh yang kuat)
Fase dimana terjadinya peristiwa yang menyebabkan stress menjadi lebih berat. Fase ini terjadi ketika, sebagai contoh misalnya ketika seorang dokter anak menjelaskan kepada sepasang suami istri yang baru memiliki seorang anak yang berusia 5 tahun bahwa anak mereka mengidap penyakit kanker, dan mereka menjadi sangat shock.

3. Fase Krisis
Fase krisis adalah fase dimana setelah shock mereka berakhir dan pasangan muda ini benar-benar menjadi sangat khawatir terhadap penyakit kronis anak mereka serta membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi. Ini adalah peristiwa dimana mereka mengalami stress yang luar biasa parahnya. Mereka mungkin akan mengalami kebingungan yang berkelanjutan, kecemasan, dan mengalami kekacauan karena mereka merasakan tak berdaya dan tidak mampu untuk mempertahankan diri dengan kondisi fisik anak mereka.

4. Fase Resolusi
Ketika pasangan tersebut mampu meraih kembali kontrol terhadap emosi mereka, mengatasi situasi, dan bersama-sama bekerja serta berkonsentrasi terhadap penyakit anak mereka dengan atau tanpa intervensi dari siapapun berarti mereka sudah memasuki fase resolusi.

5. Fase Post krisis (Setelah krisis)
Jika mereka mampu untuk memulai kembali aktifitas normal mereka sambil melewati masa-masa dimana anak mereka dirawat dan masih mengalami sakit, inilah yang disebut dengan fase post krisis.

Pengalaman pada saat krisis dan upaya merteka dalam melewati fase-fase tersebut dapat membuat mereka menjadi lebih tegar satu sama lain atau bahkan dapat membuat mereka mengalami luka emosional permanen, tapi hal ini tergantung pada kemampuan mereka dalam membentuk koping.


  1. Gejala-Gejala
Gejala umum yang dimiliki oleh orang yang mengalami krisis diantaranya adalah :
    1. Gejala Fisik
· Keluhan somatik (misalnya : sakit kepala, gastrointestinal, rasa sakit).
· Gangguan nafsu makan (misalnya : peningkatan atau penurunan berat badan yang signifikan).
· Gangguan tidur (misalnya : insomnia, mimpi buruk).
· Gelisah; sering menangis; iritabilitas.

    1. Gejala Kognitif
· Sulit berkonsentrasi.
· Pikiran yang tidak tenang.
· Ketidakmampuan mengambil keputusan.

    1. Gejala Fisik
· Disorganisasi.
· Impulsif ledakan kemarahan.
· Sulit menjalankan tanggung jawab terhadap peran yang sehari-harinya.
· Menarik diri dari interaksi sosial.

    1. Gejala Emosional
· Ansietas; marah, merasa bersalah.
· Sedih; depresi.
· Paranoid; curiga.
· Putus asa; tidak berdaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar